Friday 25 October 2013

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI





Ø  Ditinjaudariasalkatanya, psikologiberasaldaribahasaYunaniKuno, "ψυχή" (Psychē yang berartijiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinyailmu). Jadisecaraharfiah, psikologiberartiilmujiwaatauilmu yang mempelajaritentanggejala-gejalakejiwaan. Tetapidalamsejarahperkembangannyakemudianartipsikologimenjadiilmu yang mempelajaritingkahlakumanusia. Inidisebabkankarenajiwa yang mengandungarti yang abstrakitusukardipelajarisecaraobyektif. Kecualiitu, keadaanjiwaseseorangmelatar-belakangitimbulnyahampirseluruhtingkahlaku. Dalambeberapadasawarsainiistilahjiwasudahjarangdipakaidandigantidenganistilahpsikis.

Ø  Psikologiadalahilmupengetahuan yang mempelajaritingkahlakumanusia, baiksebagaiindividumaupundalamhubungannyadenganlingkungannya. Tingkahlakutersebutberupatingkahlaku yang tampakmaupuntidaktampak, tingkahlaku yang disadarimaupun yang tidakdisadari.

Ø  Psikologiadalahilmu yang luasdanambisius, dilengkapiolehilmubiologidanilmusarafpadaperbatasannyadenganilmualamdandilengkapiolehsosiologidananthropologipadaperbatasannyadenganilmusosial.

Ø  MenurutEnsiklopediNasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologiadalahilmu yang mempelajariperilakumanusiadanbinatangbaik yang dapatdilihat  secaralangsungmaupun yang tidakdapatdilihatsecaralangsung.

Ø  THEAMERICAN HERITAGE DICTIONARY (1982) psikologididefinisikansebagaikarakteristikemosionaldanperilakuindividu, kelompok, atauaktivitas-aktivitas

Ø  KamusPsikologi (Chaplin):Psychology as a science (psikologisebagaisuatuilmupengetahuan) adalahilmumengenaitingkahlakumanusiadanbinatang; studimengenaiorganismedalamsegalavariasidankompleksitasnya, untukbereaksiterhadapperubahan yang terusmenerusdanalirandarikejadian-kejadianfisik/ragawidanperistiwa-peristiwasosial yang menyusunlingkungannya.

Pengertian psikologi menurut beberapa ahli, di antaranya:

1.      Aristoteles menyatakan bahwa: jiwa merupakan kekuatan hidup (levens beginsel) atau sebabnya hidup, sehingga ilmu jiwa merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala kehidupan. Jiwa merupakan unsur kehidupan, karena itu tiap-tiap makhluk hidup itu mempunyai jiwa. Dengan demikian, manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan menurut pendapat Aristoteles adalah berjiwa.

2.      Alport (1985:3) Psikologi adalah satu upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain secara aktual, dibayangkan, atau hadir secara tidak langsung

3.      Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.

4.      Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya

5.      Hilgard (1962): psychology may be defined as the science that studies the behavior of man and other animals.

6.      Knight and Knight (1959): Psychology may be defined as the systematic study of experience and behavior-human and animal, normal and abnormal, individual and social.

7.      Ruch (1948): Psychology is sometimes defined as the study of man, but this definition as too broad. The truth is that psychology is partly biological science and partly social science, overlapping these two major areas and relating them each other.

8.      Woodworth and Marquis (1957), berpendapat: Psychology can be defined as the science of the activities of the individual. The word “activity” is used here in very broad sense. It includes not only motor activities like walking and speaking, but also hearing, remembering and thinking, andemotional activities, for they depend on the life of the organism. Any manifestation of life can be called an activity.


B.     SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI


Sejarah perkembangan Psikologi ini sudah dimulai sejak zaman Yunani Kuno, yaitu ketika gejala-gejala psikologis sudah banyak menarik perhatian ppara sarjana filasafat. Pertanyaan klasik yang sering menggoda manusia untuk mencari dan menjawabnya adalah pertanyaan apakah jiwa itu, dari mana asalnya, apa tujuannya, bagaimana hubungan jiwa dan badan, dan sebagainya.
Masalah jiwa manusia memang penuh keunikan, sehingga mengundang banyak ahli untuk menyelidikinya. Meskipun demikian, tetap saja penyelidikan-penyelidikan sistematis yang dilakukan hingga kini masih belum mampu menjawab pertanyaan tersebut di atas. Karena itu, banyak ahli yang mengatakan bahwa jiwa itu adalah suatu misteri, bersifat rahasia (abstrak). Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bagi usaha perenungan dan penelitian untuk sedikit demi sedikit membuka rahasia jiwa manusia.
Oleh karena itu, banyak filosof Yunani dan Romawi yang merenungkan dan meneliti masalah tersebut. Meskipun corak berpikir filosof Yunani dan Romawi seperti Socrates, aristoteles, Plato, dan Ganelus masih spekulatif, tetap saja mereka telah berjasa dalam meletakkan dasar keingintahuan bagi pemikir selanjutnya untuk menyelidiki psikologi dengan metode-metode baru seperti observasi, angket, interview, eksperimen, dan sebagainya.

A.       ALIRAN PSIKOLOGI LAMA (KUNO)
Psikologi lama ini lahir sebelum tahun 1900, yang adakalanya dipengaruhi oleh filsafat dan ada juga yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam.
1.      Psikologi di bawah pengaruh filsafat
Para ahli psikologi dahulu adalah juga ahli filsafat. Hal ini dapat diketahui oleh karena pemikiran tentang kejiwaan dipengaruhi oleh pemikiran filsafati. Bahkan pada zaman lato dan Aristoteles, atau pada saat filsafat menjadi sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan 9the mother of knowledge), psikologi masih menyatu dengan filsafat.
Pengaruh filsafat terhadap psikologi itu berlangsung sejak zaman Yunani Kuno (400 SM) sampai zaman pertengahan (500-1450) dan zaman baru (1800). Dua orang filosof yang juga menyelidiki kejiwaan manusia adlah Plato dan Aristoteles.
a.       Psikologi Plato (427-347 SM)
Plato mempunyai pandangan bahwa manusia mempunyai tiga kekuatan ruhaniah yang disebut trichotomi. Kekauatan, sebagaimana disebutkan Th. Kohstamm (1984: 4), itu terdiri dari :
1.      Akal, bertempat dalam kepala.
2.      Kemauan, bertempat dalam dada.
3.      Nafsu, bertempat dalam perut.
Akal pikiran berada di dalam ide, sedangkan kemauan dan nafsu terikat oleh kehidupan jasmaniah yang bersifat  tidak abadi. Lebih dalam, Plato berpendapat bahwa suatu kebenaran yang hakiki tidak dapat dicapai dengan sesuatu yang tampak oleh indra manusia, karena segala sesuatu yang tampak oleh indera  adalah bayangan dari hakikat.
Adapun yang hakiki adalah idee atau cita dari segala yang maujud ini. Ide tak lain adalah pengertian yang mencakup kenyataan dari segala sesuatu, da dapat dicapai hanya dengan pikiran.
Ide tertinggi adalah Tuhan, sedang segala sesuatu yang maujud ini berasal dari alam ide dan segalanya akan kembali ke alam idejuga. Oleh karena pendapat plato yang demikian itu, maka dia dipandang sebagai ahli pikir pertama yang beraliran idealisme dan tokoh trichotomi.
b.      Psikologi Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato. Dalam teorinya Aristoteles menetapkan suatu pandangan bahwa makhluk berjiwa di alam ini adalah tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Masing-masing makhluk tersebut memiliki jiwa yang berurutan rendah tingginya. Jadi, baik tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia, menurut Aristoteles, adalah berjiwa.
Pengertian kategorikal dari jiwa makhluk tersebut, menurut Aristoteles, sebagai berikut :
1.      Anima Vegetativa, yaitu anima atau jiwa yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, yang mempunyai kemampuan untuk makan minum dan berkembang biak.
2.      Anima Sensitiva, yaitu anima atau jiwa yang terdapat pada kalangan hewan yang disamping mempunyai kemampuan-kemampuan seperti pada anima vegetativa juga mempunyai kemampuan-kemampuan untuk berpindah tempat, mempunyai nafsu, dapat mengamati, dan menyimpan pengalaman-pengalamannya.
3.      Anima Intelektiva, yaitu yang terdapat pada manusia, selain mempunyai kemampuan-kemampuan seperti yang terdapat pada lapangan hewan masih mempunyai kemampuan lain, yaitu berpikir dan berkemampuan (Bimo Walgito, 1983: 11).
Pada manusia dorongan untuk tumbuh dan berkembang itu berbentuk dorongan untuk merealisasi diri (self realization) yang disebut entelechi. Menurut Aristoteles, fungsi jiwa manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kemampuan untuk mengenal dan kemampuan untuk berkehendak. Pandangannya ini disebut dichotomy, berbeda dengan Plato yang trichomi.
Psikologi yang dipengaruhi oleh filsafat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles di atas, disebut Psikologi Filsafat.
2.         Psikologi  Di Bawah Pengaruh Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, psikologi secara berangsur-angsur melepaskan diri dari corak pemikiran filsafat. Kemudian psikologi mengalami perkembangan yang pesat, terutama dalam metode yang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikannya.
Pesatnya perkembangan psikologi itu ditandai dengan menonjolnya pengaruh ilmu pengetahuan alam terhadap psikologi sebelum abad XX. Interaksi kedua ilmu itu terjadi secara langsung dan tidak langsung, baik di dalam metode penyelidikannya maupun di dalam materi pembahasannya.
Aliran-aliran psikologi yang muncul pada saat psikologi di bawah pengaruh ilmu pengetahuan alam tersebut adalah seperti psikologi asosiasi, psikologi unsur (element), dan psikologi fisiologi.
a.         Psikologi asosiasi
Psikologi asosiasi dimunculkan oleh John Locke pada abad XVII. Pada abad itu psikologi asosiasi menjadi salah satu aliran psikologi yang dipengaruhi secara tak langsung oleh ilmu pengetahuan alam, khususnya fisika.
Metode yang digunakan oleh aliran ini dalam studinya tentang jiwa adalah metode analitis-sintesis. Metode ini merupakan car berpikir dalam ilmu pengetahuan alam yang memandang alam ini terdiri dari unsur-unsur, lalu terjadi proses persenyawaan berdasarkan hukum-hukum tertentu.
Menurut aliran ini, jiwa itu terdiri atas unsur-unsur atau kumpulan unsur-unsur atau tanggapan-tanggapan yang berproses menurut hukum-hukum yang pasti. Hukum-hukum tersebut adalah hukum sebab akibat dan hukum asosiasi.
Karena jiwa dipandang oleh aliran ini seperti mesin yang bergerak secara mekanis menurut hukum-hukum tertentu, maka jiwa itu pasif. Hanya hukum-hukum yang menggerakkan jiwa yang dianggap aktif. Unsur-unsur jiwa seperti tanggapan-tanggapan, ingatan, dan pengindraan merupakan unsur-unsur jiwa yang sangat diutamakan oleh aliran itu.
Dengan demikian, metode yang digunakan oleh psikologi asosiasi dalam menganalisis jiwa adlaah metode analitis-sintesis. Dalam hal ini, aliran ini berusaha menganalisis gejala-gejala psikologis pada elemen-elemen yang pokok yang berupa tanggapan-tanggapan tersebut secara asosiatif menjadi suatu gejala-gejala psikologis yang bersenyawa (H.M. Arifin, 1977 : 42).
Psikologi asosiasi ini kemudian dilanjutkan oleh Daviv Hume dan Hartly pada abad XVIII, yang dilanjutkan kemudian oleh John Stuart Mill dan Herbert Spencer pada abad XIX.
b.        Psikologi unsur (element)
Psikologi unsur dianggap oleh sebagian ahli sebagai psikologi asosiasi, karena dalam penjelasannya masih bercorak asosiatif juga. Tapi, karena titik perhatian psikologi unsur ini pada anggapan bahwa jiwa merupakan kumpulan dari unsur-unsur kejiwaan yang berdiri sendiri, maka beberapa ahli menggolongkannya sebagai psikologi unsur yang berdiri sendiri.
Pelopor unsur psikologi ini ialah John fridrische Herbart. Herbart sebagai ahli psikologi dan pendidikan berkebangsaan jerman, berpendapat bahwa kegiatan-kegiatan kejiwaan manusia dapat dikembalikan kepada unsur-unsur yang paling akhir, yaitu tanggapan (Zuhairini, 1980: 55).
Menurut aliran ini, pikiran itu hanya terdiri dari unsur-unsur tanggapan dalam otak. Makin banyak tanggapan di dalam otak makin baik dan makin baik kita berpikir. Ternyata pandangan ini mempunyai dampak yang luas dalam dunia dunia pendidikan. Atas dasar ini, maka anak menjadi sempurna berpikirnya jika diberi tanggapan sebanyak-banyaknya.
Menurut Herbart, jiwa itu terbentuk karena adanya tanggapan-tanggapan. Dengan demikian, teori Herbart ini disebut teori tanggapan (voorstelings theorie). Dengan menggunakan metode analitis-sintesis, ia merumuskan pandangan bahwa jiwa terdiri dari dua lapisan, yaitu jiwa yang disadari dan jiwa yang tidak disadari dan di antara keduanya terdapat ambang kesadaran. Tidak semua anggapan itu disadari, karena di antara tanggapan-tanggapan yang masuk terdapat pertentangan yang saling tolak-menolak.
Maka dari itu, ada beberapa tanggapan yang tenggelam ke lapisan tak sadar, dan tanggapan-tanggapan bawah sadar dapat timbul kembali ke alam sadar menurut hukum-hukum asosiasi yang prosesnya secara mekanis. Hukum-hukum tersebut ialah sama waktu, berturut-turut, serupa, berlawanan, dan sebab akibat.
c.         Psikologi fisiologi
Psikologi fisiologi ini merupakan aliran psikologi yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam. Dikatakan demikian, karena pandangan-pandangan aliran ini kebanyakan didasarkan pada kekuatan khusus dari indra, sebuah bidang yang banyak dipelajari oleh fisiologi.
Aliran ini secara garis besar berpandangan bahwa manusia dapat melihat sesuatu karena adanya cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya tersebut kemudian diteruskan ke dalam otak melalui saraf-saraf mata, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesadaran penglihatan.
Berdasarkan pengaruh pandangan fisiologi tersebut, Johannes Muller (Jerman), dengan menggunakan metode penyelidikan ilmu pengetahuan alam, berhasil menemukan kekauatan khusus pada indra. Dalam rumusannya antara lain dikatakan bahwa masing-masing tanggapan itu menyebabkan timbulnya kekuatan atau reaksi yang khusus terhadap jenis/macam tanggapan yang diterima melalui pancaindra (H.M. Arifin, 1977 : 44).
B.        ALIRAN PSIKOLOGI MODERN
Psikologi modern ini lahir sesudah tahun 1900. Yang tergolong dalam psikologi modern ini adalah sebagai berikut :
1.        Psikologi sebagai ilmu pengetahuan berdiri sendiri (otonom)
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi, Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang berkebangsaan Jerman, merupakan seorang ilmuwan yang banyak disebut sebagai pelopor usaha melepaskan psikologi dari filsafat dan ilmu pengetahuan agama.
Upaya Wilhelm Wundt tersebut ditandai degan usahanya mendirikan Laboratorium Psikologi pada tahun 1875, dan disahkan oleh Universitas Leipzig pada tahun 1886. Sejak itu psikologi terpisah dari filsafat dan ilmu pengetahuan alam, dan untuk kemudian menjadi pengetahuan yang mandiri (otonom).
Di dalam laboratorium tersebut, Wundt mengadakan eksperimen-eksperimen untuk memperoleh data-data tentang gejala-gejala jiwa yang sedang diteliti. Dengan metode eksperimen yang digunakannya itu, ia akhirnya dikenal sebagai tokoh Psikologi Eksperimental.
Menurut Wundt, gejala jiwa tidak dapat diterangkan hanya dengan berdasarkan proses alam sebagaimana yang diterangkan dalam psikologi fisiologi (H.M. Arifin, 1977 : 45). Fisiologi hanya berfungsi sebagai ilmu bantu bagi psikologi, karena itu psikologi harus berdiri sendiri.
Metode yang digunakan Wundt dalam studinya tentang jiwa tidaklah bersifat subyektif dan spekulatif semata, melainkan juga metode yang bersifat empiris, obyektif. Selain itu, ia juga masih menggunakan metode analitis-sintetis, dan menolak penggunaan metode introspeksi dalam penelitiannya.
Kendati metode intospeksi ditolak oleh Wundt, namun Oswald Kulpe, salah satu muridnya, masih juga menggunakan metode introspeksi yang disertakan dengan eksperimen-eksperimen. Metode gabungan murid Wundt ini akhirnya dikenal dengan metode Instrospeksi Eksperimen.
2.        Psikologi pada abad XX
Psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang otonom pada akhir abad XIX (1886), sedangkan periode medern dimulai sesudah tahun 1900 hingga sekarang. Pada periode modern ini bermunculan berbagai macam aliran psikologi dengan karakteristiknya masing-masing.
Sejak awal abad XX hingga sekarang ini, proses pembelahan psikologi dalam aliran-aliran yang semakin mengkhusus demikian pesat. Dengan spesialisasi bidang studi tersebut, diharapkan terjadi penyesuaian aplikasinya secara lebih intensif bagi kehidupan umat manusia.
Aliran-aliran psikologi yang muncul sesudah tahun 1900 sampai sekarang (abad XX) ini, antara lain adalah Psikologi Analisa, Psikologi Individual, Neo-Freudianisme, Psikologi Gestalt, Psikologi Behaviorisme, Psiko-refleksologi (Psycho-Reflexology) dan sebagainya.
Sementara karakteristik dari perkembangan pada Psikologi Lama dan Psikologi Modern, dapat digolongkan menjadi dua bagian pokok, masing-masing dapat penulis jelaskan secara ringkas dalam tabel berikut.
Ciri-Ciri Khusus Psikologi Lama
Ciri-Ciri Khusus Psikologi Modern
Bersifat elementer, berdasarkan hukum-hukum sebab akibat
Bersifat totalitas
Bersifat mekanis (jiwa dipandang bergerak tanpa tujuan)
Bersifat teleologis (bertujuan)
Bersifat sensualistis-intelektualistis (mementingkan pengamatan dan pikir)
Vitalitas-biologis (jiwa dipandang aktif da bergerak dalam hidup manusia)
Bersifat mementingkan kuantitatif (jumlah dan bilangan)
Mementing kualitatif (mutu)
Hanya mencari hukum-hukum
Mencari nilai dan berdasarkan nilai-nilai
Gejala-gejala jiwa dipisahkan dari subyeknya
Gejala-gejala jiwa dihubungkan dengan subyeknya
Jiwa dipandang pasif
Jiwa dipandang aktif-dinamis
Jiwa dipandang terlepas dari materi-materi
Jiwa dipandang berhubungan dengan materi-materi

C.IKHTISAR LAPANGAN PSIKOLOGI
Ø  Psikologi teoritis
Psikologi umum dan psikologi khusus
(perkembangan, kepribadian, sosial, pendidikan, psikodiagnostik, psikopatologi)
Ø  Psikologi terapan (praktis)
(psikologi: klinis, perusahaan, pendidikan)

No comments:

Post a Comment