Ø
Ditinjaudariasalkatanya,
psikologiberasaldaribahasaYunaniKuno, "ψυχή"
(Psychē yang berartijiwa) dan "-λογία"
(-logia yang artinyailmu). Jadisecaraharfiah,
psikologiberartiilmujiwaatauilmu yang mempelajaritentanggejala-gejalakejiwaan.
Tetapidalamsejarahperkembangannyakemudianartipsikologimenjadiilmu yang mempelajaritingkahlakumanusia.
Inidisebabkankarenajiwa yang mengandungarti yang
abstrakitusukardipelajarisecaraobyektif. Kecualiitu,
keadaanjiwaseseorangmelatar-belakangitimbulnyahampirseluruhtingkahlaku.
Dalambeberapadasawarsainiistilahjiwasudahjarangdipakaidandigantidenganistilahpsikis.
Ø
Psikologiadalahilmupengetahuan yang
mempelajaritingkahlakumanusia,
baiksebagaiindividumaupundalamhubungannyadenganlingkungannya.
Tingkahlakutersebutberupatingkahlaku yang tampakmaupuntidaktampak, tingkahlaku
yang disadarimaupun yang tidakdisadari.
Ø
Psikologiadalahilmu
yang luasdanambisius,
dilengkapiolehilmubiologidanilmusarafpadaperbatasannyadenganilmualamdandilengkapiolehsosiologidananthropologipadaperbatasannyadenganilmusosial.
Ø
MenurutEnsiklopediNasional Indonesia Jilid
13 (1990), Psikologiadalahilmu yang mempelajariperilakumanusiadanbinatangbaik
yang dapatdilihat secaralangsungmaupun yang
tidakdapatdilihatsecaralangsung.
Ø
THEAMERICAN HERITAGE DICTIONARY (1982)
psikologididefinisikansebagaikarakteristikemosionaldanperilakuindividu,
kelompok, atauaktivitas-aktivitas
Ø
KamusPsikologi (Chaplin):Psychology as a science (psikologisebagaisuatuilmupengetahuan) adalahilmumengenaitingkahlakumanusiadanbinatang;
studimengenaiorganismedalamsegalavariasidankompleksitasnya,
untukbereaksiterhadapperubahan yang
terusmenerusdanalirandarikejadian-kejadianfisik/ragawidanperistiwa-peristiwasosial
yang menyusunlingkungannya.
Pengertian
psikologi menurut beberapa ahli, di antaranya:
1. Aristoteles
menyatakan bahwa: jiwa merupakan kekuatan hidup (levens beginsel) atau sebabnya
hidup, sehingga ilmu jiwa merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala
kehidupan. Jiwa merupakan unsur kehidupan, karena itu tiap-tiap makhluk hidup
itu mempunyai jiwa. Dengan demikian, manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan
menurut pendapat Aristoteles adalah berjiwa.
2. Alport (1985:3)
Psikologi adalah satu upaya untuk memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran,
perasaan, dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain
secara aktual, dibayangkan, atau hadir secara tidak langsung
3. Dakir (1993),
psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
4. Muhibbin Syah (2001),
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat
psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain
sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya
5. Hilgard (1962):
psychology may be defined as the science that studies the behavior of man and
other animals.
6. Knight and Knight
(1959): Psychology may be defined as the systematic
study of experience and behavior-human and animal, normal and abnormal,
individual and social.
7. Ruch (1948):
Psychology is sometimes defined as the study of man, but this definition as too
broad. The truth is that psychology is partly biological science and partly
social science, overlapping these two major areas and relating them each other.
8. Woodworth and Marquis
(1957), berpendapat: Psychology can be defined
as the science of the activities of the individual. The word “activity” is used
here in very broad sense. It includes not only motor activities like walking
and speaking, but also hearing, remembering and thinking, andemotional
activities, for they depend on the life of the organism. Any manifestation of
life can be called an activity.
B.
SEJARAH
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
Sejarah
perkembangan Psikologi ini sudah dimulai sejak zaman Yunani Kuno, yaitu ketika
gejala-gejala psikologis sudah banyak menarik perhatian ppara sarjana
filasafat. Pertanyaan klasik yang sering menggoda manusia untuk mencari dan
menjawabnya adalah pertanyaan apakah jiwa itu, dari mana asalnya, apa
tujuannya, bagaimana hubungan jiwa dan badan, dan sebagainya.
Masalah jiwa
manusia memang penuh keunikan, sehingga mengundang banyak ahli untuk
menyelidikinya. Meskipun demikian, tetap saja penyelidikan-penyelidikan
sistematis yang dilakukan hingga kini masih belum mampu menjawab pertanyaan
tersebut di atas. Karena itu, banyak ahli yang mengatakan bahwa jiwa itu adalah
suatu misteri, bersifat rahasia (abstrak). Namun, hal itu tidak menutup
kemungkinan bagi usaha perenungan dan penelitian untuk sedikit demi sedikit
membuka rahasia jiwa manusia.
Oleh karena itu,
banyak filosof Yunani dan Romawi yang merenungkan dan meneliti masalah
tersebut. Meskipun corak berpikir filosof Yunani dan Romawi seperti Socrates,
aristoteles, Plato, dan Ganelus masih spekulatif, tetap saja mereka telah
berjasa dalam meletakkan dasar keingintahuan bagi pemikir selanjutnya untuk
menyelidiki psikologi dengan metode-metode baru seperti observasi, angket,
interview, eksperimen, dan sebagainya.
A.
ALIRAN
PSIKOLOGI LAMA (KUNO)
Psikologi lama ini lahir sebelum tahun 1900, yang adakalanya
dipengaruhi oleh filsafat dan ada juga yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan
alam.
1.
Psikologi
di bawah pengaruh filsafat
Para
ahli psikologi dahulu adalah juga ahli filsafat. Hal ini dapat diketahui oleh
karena pemikiran tentang kejiwaan dipengaruhi oleh pemikiran filsafati. Bahkan
pada zaman lato dan Aristoteles, atau pada saat filsafat menjadi sebagai induk
dari segala ilmu pengetahuan 9the mother of knowledge), psikologi masih menyatu
dengan filsafat.
Pengaruh
filsafat terhadap psikologi itu berlangsung sejak zaman Yunani Kuno (400 SM)
sampai zaman pertengahan (500-1450) dan zaman baru (1800). Dua orang filosof
yang juga menyelidiki kejiwaan manusia adlah Plato dan Aristoteles.
a.
Psikologi
Plato (427-347 SM)
Plato
mempunyai pandangan bahwa manusia mempunyai tiga kekuatan ruhaniah yang disebut
trichotomi. Kekauatan, sebagaimana disebutkan Th. Kohstamm (1984: 4), itu
terdiri dari :
1.
Akal,
bertempat dalam kepala.
2.
Kemauan,
bertempat dalam dada.
3.
Nafsu,
bertempat dalam perut.
Akal pikiran berada di dalam ide, sedangkan kemauan dan nafsu
terikat oleh kehidupan jasmaniah yang bersifat
tidak abadi. Lebih dalam, Plato berpendapat bahwa suatu kebenaran yang
hakiki tidak dapat dicapai dengan sesuatu yang tampak oleh indra manusia,
karena segala sesuatu yang tampak oleh indera
adalah bayangan dari hakikat.
Adapun yang hakiki adalah idee atau cita dari segala yang maujud
ini. Ide tak lain adalah pengertian yang mencakup kenyataan dari segala
sesuatu, da dapat dicapai hanya dengan pikiran.
Ide tertinggi adalah Tuhan, sedang segala sesuatu yang maujud ini
berasal dari alam ide dan segalanya akan kembali ke alam idejuga. Oleh karena
pendapat plato yang demikian itu, maka dia dipandang sebagai ahli pikir pertama
yang beraliran idealisme dan tokoh trichotomi.
b.
Psikologi
Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles
adalah murid Plato. Dalam teorinya Aristoteles menetapkan suatu pandangan bahwa
makhluk berjiwa di alam ini adalah tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Masing-masing makhluk tersebut memiliki jiwa yang berurutan rendah tingginya.
Jadi, baik tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia, menurut Aristoteles, adalah
berjiwa.
Pengertian
kategorikal dari jiwa makhluk tersebut, menurut Aristoteles, sebagai berikut :
1.
Anima
Vegetativa, yaitu anima atau jiwa yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, yang
mempunyai kemampuan untuk makan minum dan berkembang biak.
2.
Anima
Sensitiva, yaitu anima atau jiwa yang terdapat pada kalangan hewan yang
disamping mempunyai kemampuan-kemampuan seperti pada anima vegetativa juga
mempunyai kemampuan-kemampuan untuk berpindah tempat, mempunyai nafsu, dapat
mengamati, dan menyimpan pengalaman-pengalamannya.
3.
Anima
Intelektiva, yaitu yang terdapat pada manusia, selain mempunyai
kemampuan-kemampuan seperti yang terdapat pada lapangan hewan masih mempunyai
kemampuan lain, yaitu berpikir dan berkemampuan (Bimo Walgito, 1983: 11).
Pada manusia dorongan untuk tumbuh dan berkembang itu berbentuk
dorongan untuk merealisasi diri (self realization) yang disebut entelechi.
Menurut Aristoteles, fungsi jiwa manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kemampuan
untuk mengenal dan kemampuan untuk berkehendak. Pandangannya ini disebut
dichotomy, berbeda dengan Plato yang trichomi.
Psikologi yang dipengaruhi oleh filsafat, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles di atas, disebut Psikologi Filsafat.
2.
Psikologi Di Bawah Pengaruh Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam perkembangan selanjutnya, psikologi secara berangsur-angsur
melepaskan diri dari corak pemikiran filsafat. Kemudian psikologi mengalami
perkembangan yang pesat, terutama dalam metode yang digunakan dalam
penyelidikan-penyelidikannya.
Pesatnya perkembangan psikologi itu ditandai dengan menonjolnya
pengaruh ilmu pengetahuan alam terhadap psikologi sebelum abad XX. Interaksi
kedua ilmu itu terjadi secara langsung dan tidak langsung, baik di dalam metode
penyelidikannya maupun di dalam materi pembahasannya.
Aliran-aliran psikologi yang muncul pada saat psikologi di bawah
pengaruh ilmu pengetahuan alam tersebut adalah seperti psikologi asosiasi,
psikologi unsur (element), dan psikologi fisiologi.
a.
Psikologi
asosiasi
Psikologi asosiasi dimunculkan oleh John Locke pada abad XVII. Pada
abad itu psikologi asosiasi menjadi salah satu aliran psikologi yang
dipengaruhi secara tak langsung oleh ilmu pengetahuan alam, khususnya fisika.
Metode yang digunakan oleh aliran ini dalam studinya tentang jiwa
adalah metode analitis-sintesis. Metode ini merupakan car berpikir dalam ilmu
pengetahuan alam yang memandang alam ini terdiri dari unsur-unsur, lalu terjadi
proses persenyawaan berdasarkan hukum-hukum tertentu.
Menurut aliran ini, jiwa itu terdiri atas unsur-unsur atau kumpulan
unsur-unsur atau tanggapan-tanggapan yang berproses menurut hukum-hukum yang
pasti. Hukum-hukum tersebut adalah hukum sebab akibat dan hukum asosiasi.
Karena jiwa dipandang oleh aliran ini seperti mesin yang bergerak
secara mekanis menurut hukum-hukum tertentu, maka jiwa itu pasif. Hanya
hukum-hukum yang menggerakkan jiwa yang dianggap aktif. Unsur-unsur jiwa
seperti tanggapan-tanggapan, ingatan, dan pengindraan merupakan unsur-unsur
jiwa yang sangat diutamakan oleh aliran itu.
Dengan demikian, metode yang digunakan oleh psikologi asosiasi
dalam menganalisis jiwa adlaah metode analitis-sintesis. Dalam hal ini, aliran
ini berusaha menganalisis gejala-gejala psikologis pada elemen-elemen yang pokok
yang berupa tanggapan-tanggapan tersebut secara asosiatif menjadi suatu
gejala-gejala psikologis yang bersenyawa (H.M. Arifin, 1977 : 42).
Psikologi asosiasi ini kemudian dilanjutkan oleh Daviv Hume dan
Hartly pada abad XVIII, yang dilanjutkan kemudian oleh John Stuart Mill dan
Herbert Spencer pada abad XIX.
b.
Psikologi
unsur (element)
Psikologi unsur dianggap oleh sebagian ahli sebagai psikologi
asosiasi, karena dalam penjelasannya masih bercorak asosiatif juga. Tapi,
karena titik perhatian psikologi unsur ini pada anggapan bahwa jiwa merupakan
kumpulan dari unsur-unsur kejiwaan yang berdiri sendiri, maka beberapa ahli
menggolongkannya sebagai psikologi unsur yang berdiri sendiri.
Pelopor unsur psikologi ini ialah John fridrische Herbart. Herbart
sebagai ahli psikologi dan pendidikan berkebangsaan jerman, berpendapat bahwa
kegiatan-kegiatan kejiwaan manusia dapat dikembalikan kepada unsur-unsur yang
paling akhir, yaitu tanggapan (Zuhairini, 1980: 55).
Menurut aliran ini, pikiran itu hanya terdiri dari unsur-unsur
tanggapan dalam otak. Makin banyak tanggapan di dalam otak makin baik dan makin
baik kita berpikir. Ternyata pandangan ini mempunyai dampak yang luas dalam
dunia dunia pendidikan. Atas dasar ini, maka anak menjadi sempurna berpikirnya
jika diberi tanggapan sebanyak-banyaknya.
Menurut Herbart, jiwa itu terbentuk karena adanya
tanggapan-tanggapan. Dengan demikian, teori Herbart ini disebut teori tanggapan
(voorstelings theorie). Dengan menggunakan metode analitis-sintesis, ia
merumuskan pandangan bahwa jiwa terdiri dari dua lapisan, yaitu jiwa yang
disadari dan jiwa yang tidak disadari dan di antara keduanya terdapat ambang
kesadaran. Tidak semua anggapan itu disadari, karena di antara
tanggapan-tanggapan yang masuk terdapat pertentangan yang saling tolak-menolak.
Maka dari itu, ada beberapa tanggapan yang tenggelam ke lapisan tak
sadar, dan tanggapan-tanggapan bawah sadar dapat timbul kembali ke alam sadar
menurut hukum-hukum asosiasi yang prosesnya secara mekanis. Hukum-hukum
tersebut ialah sama waktu, berturut-turut, serupa, berlawanan, dan sebab
akibat.
c.
Psikologi
fisiologi
Psikologi fisiologi ini merupakan aliran psikologi yang dipengaruhi
oleh ilmu pengetahuan alam. Dikatakan demikian, karena pandangan-pandangan
aliran ini kebanyakan didasarkan pada kekuatan khusus dari indra, sebuah bidang
yang banyak dipelajari oleh fisiologi.
Aliran ini secara garis besar berpandangan bahwa manusia dapat
melihat sesuatu karena adanya cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya tersebut
kemudian diteruskan ke dalam otak melalui saraf-saraf mata, yang pada akhirnya
dapat menimbulkan kesadaran penglihatan.
Berdasarkan pengaruh pandangan fisiologi tersebut, Johannes Muller
(Jerman), dengan menggunakan metode penyelidikan ilmu pengetahuan alam,
berhasil menemukan kekauatan khusus pada indra. Dalam rumusannya antara lain
dikatakan bahwa masing-masing tanggapan itu menyebabkan timbulnya kekuatan atau
reaksi yang khusus terhadap jenis/macam tanggapan yang diterima melalui
pancaindra (H.M. Arifin, 1977 : 44).
B.
ALIRAN
PSIKOLOGI MODERN
Psikologi modern ini lahir sesudah tahun 1900. Yang tergolong dalam
psikologi modern ini adalah sebagai berikut :
1.
Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan berdiri sendiri (otonom)
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi,
Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang berkebangsaan Jerman, merupakan seorang
ilmuwan yang banyak disebut sebagai pelopor usaha melepaskan psikologi dari
filsafat dan ilmu pengetahuan agama.
Upaya Wilhelm Wundt tersebut ditandai degan usahanya mendirikan
Laboratorium Psikologi pada tahun 1875, dan disahkan oleh Universitas Leipzig
pada tahun 1886. Sejak itu psikologi terpisah dari filsafat dan ilmu
pengetahuan alam, dan untuk kemudian menjadi pengetahuan yang mandiri (otonom).
Di dalam laboratorium tersebut, Wundt mengadakan
eksperimen-eksperimen untuk memperoleh data-data tentang gejala-gejala jiwa
yang sedang diteliti. Dengan metode eksperimen yang digunakannya itu, ia
akhirnya dikenal sebagai tokoh Psikologi Eksperimental.
Menurut Wundt, gejala jiwa tidak dapat diterangkan hanya dengan
berdasarkan proses alam sebagaimana yang diterangkan dalam psikologi fisiologi
(H.M. Arifin, 1977 : 45). Fisiologi hanya berfungsi sebagai ilmu bantu bagi
psikologi, karena itu psikologi harus berdiri sendiri.
Metode yang digunakan Wundt dalam studinya tentang jiwa tidaklah
bersifat subyektif dan spekulatif semata, melainkan juga metode yang bersifat
empiris, obyektif. Selain itu, ia juga masih menggunakan metode
analitis-sintetis, dan menolak penggunaan metode introspeksi dalam penelitiannya.
Kendati metode intospeksi ditolak oleh Wundt, namun Oswald Kulpe,
salah satu muridnya, masih juga menggunakan metode introspeksi yang disertakan
dengan eksperimen-eksperimen. Metode gabungan murid Wundt ini akhirnya dikenal
dengan metode Instrospeksi Eksperimen.
2.
Psikologi
pada abad XX
Psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang otonom pada akhir abad XIX
(1886), sedangkan periode medern dimulai sesudah tahun 1900 hingga sekarang.
Pada periode modern ini bermunculan berbagai macam aliran psikologi dengan karakteristiknya
masing-masing.
Sejak awal abad XX hingga sekarang ini, proses pembelahan psikologi
dalam aliran-aliran yang semakin mengkhusus demikian pesat. Dengan spesialisasi
bidang studi tersebut, diharapkan terjadi penyesuaian aplikasinya secara lebih
intensif bagi kehidupan umat manusia.
Aliran-aliran psikologi yang muncul sesudah tahun 1900 sampai
sekarang (abad XX) ini, antara lain adalah Psikologi Analisa, Psikologi
Individual, Neo-Freudianisme, Psikologi Gestalt, Psikologi Behaviorisme,
Psiko-refleksologi (Psycho-Reflexology) dan sebagainya.
Sementara karakteristik dari perkembangan pada Psikologi Lama dan
Psikologi Modern, dapat digolongkan menjadi dua bagian pokok, masing-masing
dapat penulis jelaskan secara ringkas dalam tabel berikut.
Ciri-Ciri
Khusus Psikologi Lama
|
Ciri-Ciri
Khusus Psikologi Modern
|
Bersifat
elementer, berdasarkan hukum-hukum sebab akibat
|
Bersifat
totalitas
|
Bersifat
mekanis (jiwa dipandang bergerak tanpa tujuan)
|
Bersifat
teleologis (bertujuan)
|
Bersifat sensualistis-intelektualistis
(mementingkan pengamatan dan pikir)
|
Vitalitas-biologis
(jiwa dipandang aktif da bergerak dalam hidup manusia)
|
Bersifat
mementingkan kuantitatif (jumlah dan bilangan)
|
Mementing
kualitatif (mutu)
|
Hanya mencari
hukum-hukum
|
Mencari nilai
dan berdasarkan nilai-nilai
|
Gejala-gejala
jiwa dipisahkan dari subyeknya
|
Gejala-gejala
jiwa dihubungkan dengan subyeknya
|
Jiwa
dipandang pasif
|
Jiwa
dipandang aktif-dinamis
|
Jiwa
dipandang terlepas dari materi-materi
|
Jiwa
dipandang berhubungan dengan materi-materi
|
C.IKHTISAR
LAPANGAN PSIKOLOGI
Ø Psikologi teoritis
Psikologi umum dan
psikologi khusus
(perkembangan,
kepribadian, sosial, pendidikan, psikodiagnostik, psikopatologi)
Ø Psikologi terapan
(praktis)
No comments:
Post a Comment